KARAKTERISTIK KERJA
ALAT UKUR
Pasal-pasal berikut akan
membahas komponen-komponen fungsional suatu system pengukuran. Masih tersisa
pertanyaan penting yang belum dijawab seperti seberapa jauh ketapatan suatu alat ukur dan system
pengukuran mampu mengukur masukan yang dikehendaki, dan bagaimana alat ukur
tersebut menolak masukan palsu. Karateristik daya guna alat ukur secara garis
besar, yaitu karakteristik statis dan dinamis. Secara umum karakteristik statis
juga mempengaruhi kualitas pengukuran di bawah kondisi dinamis. Dalam
kenyatannya persamaan-persamaan diferensial daya guna dinamis mengabaika
pengaruh gesekan kering, bolak balik (backlash), histerisis, sebaran statistik
dan sebagainya, walaupun persamaan-persamaan tersebut mempunyai pengaruh pada
tingkah laku dinamis. Tentu saja pendekatan ini merupakan perkiraan, namun sangat
berguna.
KARAKETRISTIK STATIS
Dapat
ditetapkan suatu criteria daya guna alat ukur yang memberikan gambaran yang bermakna megenai
kualitas pengukuran tanpa memperhatikan gambaran dinamis yang melibatkan
persamaan diferensial. Dengan kata lain, karakteristik statis alat ukur adalah
karateristik yag harus diperhatikan apabila alat tersebut digunakan untuk
mengukur suatu kondisi yang tidak berubah karena waktu atau hanya berubah secara lambat laun.
KALIBRASI
Kalibrasi
mengacu kepada suatu keadaan
dimana semua masukan (yang dikehendaki, yang mengganggu, yang mengubah) kecuali
satu masukan dipertahankan pada nilai tetap,
Masukan yang dipelajari tersebut kemudian diubah-ubah sepanjang rentang nilai konstanta yang sama,
yang menyebabkan nilai keluaran berubah sepanjang rentang nilai konstanta
tertentu. Prosedur yang sama
diulangi secara bervariasi sesuai dengan setiap masukan yang teliti berdasarkan
minat, sehingga mengembangkan satu kumpulan hubungan masukan-keluaran statis.
Jumlah data yang sedikit
dapat dihitung secara statistik untuk memeperoleh nilai spesifik dari suatu tes
signifikansi. Hubungan masukan-keluaran harus disajikan dengan grafik yang
menyatakan keadaan ketika hubungan tersebut dibuat. Curve fitting yang dibuat nampaknya memegang peranan penting dalam
menggambarkan hubungan masukan-keluaran alat ukur. Metode kuadrat terkecil dari
suatu curve fitting digunakan untuk tujuan ini dalam penggunaaan yang luas.
Tidak mungkin
melakukan kalibrasi suatu alat ukur dengan ketepatan lebih besar dari standar
kalibrasi pembanding. Suatu aturan yang sering diikuti adalah suatu standar
kalibrasi yang paling sedikit mempunyai ketepatan 10 kali alat ukur yang
dikalibrasi. Jadi adalah amat penting bahwa orang yang melakukan kalibrasi alat
ukur harus yakin bahwa standar kalibrasi mempunyai ketepatan yang memadai
sebagai pembanding.
Pada penggunaan
yang berkesinambungan, mungkin terjadi bahwa setelah beberapa waktu alat ukur
mengalami kesalahan nilai nol. Jadi bagi semua jenis alat ukur kalibrasi angka
nol dan jangka waktunya perlu dilakukan. Penting pula bagi pemakai untuk
mengetahui bagaimana kalibrasi dilakukan.
KETELITIAN
Ketelitian juga dikenal sebagai reproduksibiltas.
Ketelitian pembacaan merupakan kecocokan antara pembacaan- pembacaan itu
sendiri. Jika nilai yang sama dari peubah yang terukur, diukur beberapa kali
dan memberikan hasil yang kurang lebih sama, maka alat ukur tersebut dikatakan
mempunyai ketelitian atau reproduksibilitas tinggi, dan juga berarti alat ukur
tidak mempunyai penyimpangan. Penyimpangan nilai alat ukur yang telah
dikalibrasi disebabkan oleh
berbagai faktor seperti
kontaminasi logam pada termokopel. Hal ini terjadi secara berangsur-angsur
dalam suatu perioda waktu dan nampaknya tidak diperhatikan. Penyimpangan ini
hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan secara berkala kalibrasi alat ukur.
KETEPATAN
Ketapatan didefinisikan sebagai tingkat perbedaan yang
sekecil-kecilnya antara nilai pengamatan dengan nilai sebenarnya. Untuk
memperoleh ketapatan yang diharapkan kalibrasi alat ukur, perlu dilakukan
secara berkala dengan menggunakan standar konstan yang telah diketahui.
Meskipun semua
pemakai alat ukur bertujuan agar selalu memperoleh tingkat ketepatan setinggi
mungkin, namun kesalahan relatif tetap harus diingat. Ukuran relatif suatu kesalahan
biasanya dinyatakan dalam lingkup nilai ssungguhnya dari kuantitas yang diukur,
sebagai persentase. Sebagai contoh bila termokopel digunakan untuk mengukur
suhu api, misalnya pada 1000 oC
dengan ketapatan ± 5 o
C, maka persentasi keselahannya adalah
± 5/1000 x 100 = ± 0,5 %
Namun bila
kesalahan ± 5 o C terjadi pada pengukuran suhu air mendidih pada 100
o C, maka persentase keselahannya adalah
± 5/1000 x 100 = ± 5 % jauh
lebih serius kesalahannya.
Dalam kasus alat
ukur terdiri dari beberapa satuan (seperti orifice plate dan manometer pada
satu flow meter), tiap satuan memiliki batas kesalahannya masing-masing.
Katakanlah alat ukur terdiri dari tiga satuan, batas kesalannya berturut-turut
adalah ±a,±b,±c. Maka kemungkinan kesalahan maksimum adalah ± (a +b+c). Tak
mungkin semua satuan mempunyai kesalahan maksimum pada waktu yang sama. Jadi
ketepatannya sering dinyatakan dalam akar jumlah kuadrat kesalahan ± (a2+b2+c2
Untuk
memberikan gambaran lengkap mengenai ketepatan suatu alat ukur, suatu grafik
harus digambarkan yang menunjukan nilai kesalahan di berbagai titik pada skala
dan dibandingkan dengan nilai sebenarnya. Mula-mula alat ukur harus dikalibrasi
pada satu arah dan kemudian pada arah yang lain, atau arah sebaliknya. Dengan
cara ini diperoleh dua kurva yang menunjukkan nilai kesalahan dan histerisis
pada tiap pembacaan. Histerisis biasanya disebabkan oleh gesekan atau gerak
balik ( back klash) pada gerakan alat ukur atau karena perubahan pegas
pengendali. Kurva seperti itu dapat digunakan untuk mengoreksi pembacaan alat
ukur.
KEPEKAAN
Kepekaan alat
ukur secara umum mengacu kepada dua hal. Pada beberapa kasus kepekaan
menyatakan perubahan terkecil nilai peubah yang diukur di mana alat ukur
memberikan tanggapan sementara aliran pemikiran lain menganggap kepekaan
sebagai ukuran perubahan yang dihasilkan oleh alat ukur untuk suatu perbahan
peuabah yang dikukur.
Daerah mati
(dead zone) adalah rentang nilai terbesar dari peubah yang diukur di maa alat
ukur tidak memberikan tanggapan. Daerah mati biasanya terjadi krena gesekan
pada alat penunjuk dan alat pencatat paling sering terjadi pada alat pencatat.
Juga ditemukan jenis mekanisme tertentu yang hanya dapat menunjukkan sedikit
perubahan dan perubahan diskret dari nilai peubah yang diukur.
JANGKAUAN
(RANGEABILITY)
Jangkauan
(rangeabilitas) dari instrumen biasanya diartikan perbandingan pembacan meter
maksimum ke pembacan meter minimum, di mana kesalahan kurang dari harga yang
dinyatakan. Dalam hal pengukuran yang mempunyai jarum atau pena, ketidakmampuan
pemakai untuk menafsirkan perpindahan kecil dari jarum atau pena secara tepat,
membatasi jangkauan. Pengukur sempurna tidak lebih baik daripada apa yang dapat
dibacanya. Karena itu kesalahan pembacan harus ditambahkan ke faktor-faktor
lain yang membatasi ketelitian dalam pengkur sebenarnya, seperti misalnya
geseran, gerakan yang hilang dan sebagainya dalam menentukan ketelitian
pengukur. Dalam hal pengaruh kesalahan pada besaran total yang diukur sangat kecil, dapat diterima jangkauan
(rangeabilitas) yang lebih tinggi. Sebaliknya kalau instrumen digunakan untuk
kendali (kontrol), atau untuk pengukuran bahan dalam pabrik, ketelitian yang
tinggi seperti persentasi harga sebenarnya akan diperlukan yang sebagai
akibatnya membatasi jangkauan yang dapat diterima.
KESALAHAN
PENGUKURAN
Dalam melakukan
pengukuran fisik, tujuan utamanya adalah memperoleh suatu nilai yang terdiri
dari satuan yang diplih dan besarannya, yang akan menyatakan besar kuantitas
fisik yang diukur. Sebagai contoh dalam pengukuran tekanan, satuan yang diplih
adalah bar dan besranya adala 100 jadi 100 bar. Tingkat kegagalan dalam
mensfesikasi besaran ini secra pasti, dan ini berarti pula variasi kuantitas
nilai yang dinayatakan dari nilai sebenarnya, merupakan kesalahan pengukuran.
Kesalahan ini
muncul dalam sistem pengukuran itu sendiri dan dari standar yang digunakan
untuk kalibrasi sistem tersebut. Sebagai tambahan untuk kesalahan yang
dihasilkan dari kalibrasi sistem pengukuran yang salah, ada sejumlah sumber
kesalahanyang perlu diperiksa. Sumber kesalahan ini meliputi (1) derau (noise),
waktu tanggap (respone time), (3) keterbatasan rancangan (design limitation),
(4) pertambahan atau kehilangan energi karena interaksi, (5) transmisi , (6)
keausan atau kerusakan sistem pengukuran, (7) pengaruh ruangan terhadap sistem,
(8) kesalahan penafsiran oleh pengamat.
Dalam
memperkirakan besar ketidak pastian atau kesalahan dalam menyatakan nilai
kuantitas sebagai hasil pegukuran, harus dibedakan antara dua golongan
kesalahan : sistematis dan acak. Kesalahan sistematis adalah kesalahan yang
secara konsisten terulang apabila dilakukan pengulangan percobaan. Kesalahan
kalibrasi sistem pengukuran atau suatu perubahan dalam sistem yang menyebabkan
penunjuk menyimpang secara konsisten dari nilai kalibrasi merupakan kesalahan
jenis ini. Contohnya antara lain adalah perubahan kelenturan pegas atau
diafragma karena umur atau penurunan kekuatan magnit karena shock atau tua.
Kegagalan memperhitungkan pengguanaan energi dari sumber tingkat rendah untuk
mengoprasikan sistem pengukuran juga akan menghasilkan kesalahan sistematis.
Dalam mencari
kesalahan sistematis dan mengevaluasinya, secara umum cukup membantu dengan
membuat suatu perubahan tertentu dan diketahui terhdap paarameter-parameter
pengukuran yang masih berada di bawah kendali operator, dan menggunakan alat
ukur yang berbeda, atau jika mungkin menggunakan alat ukur yang berbeda. Dengan
cara ini, kesalahan yang merupakan fungsi dari salah satu diantara
parameter-parameter terkendali diubah besarnya; atau kesalahan yang timbul dari
kesalahan kalibrasi alat ukur atau kesalahan yang melekat pada metode tertentu
dapat diubah. Kesalahan acak adalah kesalahan yang terjadi secara kebetulan,
besarnya berfluktuasi tanpa bisa diduga dengan menggunakan pengetahuan sistem
pengukuran dan kondisi pengukuran.
Dalam
pengukuran kuantitas fisik, pengamatan dipengarhi oleh banyak faktor pendukung.
Faktor-faktor ini adalah parameter parameter pengukuran. Pada pengukuran yang
ideal semua parameter mempunyai nilai tertentu yang tetap, sehingga besaran
yang diukur ditetapkan secara sempurna dan dapat ditentukan secara pasti.
Tersedia prosedur statistik yang memungkinkan untuk
menyatakan nilai kuantitas yang paling mungkin dari sekumpulan data,
kemungkinan timbulnya ketidakpastian dari suatu pengamatan, dan batas
kemungkinan ketidakpastian dari nilai terbaik yang dapat diperoleh dari data.
Harus dicatat bahwa tujuan analisis adalah ketelitian (atau konsistensi) suatu
nilai bukan ketepatan atau pendekatan kepada kebenaran. Hukum-hukum peluang
hanya berlaku bagi kesalahan acak, bukan bagi kesalahan sistematis. Teknik
rata-rata atau perkiraan varian dapat digunakan untuk analisis ketidakpastian
yang sederhana. Cara ini hanya cocok bila data mengikuti hukum sebaran normal.
Untuk prosedur statistik dan teori kemungkinan selanjutnya, seperti yang
diterapkan untuk pengolahan data, pembaca dapat mempelajarinya lebih lanjut
dalam buku statistik dan probabilitas.
Daftar Pustaka
Ir. Djhuana, M.Si. Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB
sekian terimakasih
semoga bermanfaat