Mesin Bubut
Mesin bubut adalah
salah satu jenis mesin perkakas untuk proses finishing pembuatan suatu produk (Kalpakjian. 2009). Proses bubut
adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin berbentuk
silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin Bubut. Prinsip dasar dari
proses bubut adalah sebagai proses pemesinan permukaan luar benda silindris
atau bubut rata, dengan benda kerja yang berputar, dengan satu pahat bermata
potong tunggal (with a single-point cutting tool) (Kalpakjian. 2009), dengan
gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan membuang
permukaan luar benda kerja (Widarto.2008).
Gambar 2.1 Mesin bubut (Widarto.2008)
Adapun
bagian-bagian dari mesin bubut adalah sebagai berikut:
1.2.1 Kepala
tetap (headstock)
Terdiri atas unit penggerak,
digunakan untuk memutar spindel yang memutar bendakerja.
1.2.2 Ekor
tetap (tailstock)
terletak bersebrangan
dengan kepala tetap, yang digunakan untuk menopang bendakerja pada ujung yang
lain.
1.2.3 Pemegang
pahat (tool post)
Ditempatkan di atas
peluncur lintang (cross slide) yang
dirakit dengan pembawa (carriage)
1.2.4 Peluncur
lintang
Berfungsi untuk
menghantarkan pahat dalam arah yang tegaklurus dengan gerakan pembawa.
1.2.5 Pembawa
Dapat meluncur sepanjang
batang hantaran (ways) untuk menghantarkan
perkakas dalam arah yang sejajar dengan sumbu putar.
1.2.6 Batang
hantaran
merupakan rel tempat
meluncurnya pembawa, dibuat dengan akurasi kesejajaran yang relatif tinggi
dengan sumbu spindel.
1.2.7 Ulir
pengarah (leadscrew)
Berfungsi untuk
menggerakkan pembawa. Ulir berputar dengan kecepatan tertentu sehingga
dihasilkan hantaran dengan kecepatan sesuai dengan yang diinginkan.
1.2.8 Bangku
(bed)
Berfungsi untuk
menyangga komponen-komponen yang lainnya.
Selain
bagaian-bagian diatas, mesin bubut juga memiliki bagian pendukung yang lain,
yang digunakan untuk proses pembubutan tertentu. (Doni. 2015)
Parameter
Mesin Bubut
Parameter yang dapat
diatur pada mesin bubut tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah
kecepatan putar spindel (speed),
gerak makan (feed) dan kedalaman
potong (depth of cut). Faktor yang
lain seperti bahan benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki
pengaruh yang cukup besar, tetapi tiga parameter di atas adalah bagian yang
bisa diatur oleh operator langsung pada Mesin Bubut. Kecepatan putar, n (speed), selalu dihubungkan dengan sumbu
utama (spindel) dan benda kerja. Kecepatan putar dinotasikan sebagai putaran
per menit (rotations per minute,
rpm). Akan tetapi yang diutamakan dalam
proses bubut adalah kecepatan potong (cutting
speed atau kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/keliling benda kerja. Secara
sederhana kecepatan potong dapat digambarkan sebagai keliling benda kerja
dikalikan dengan kecepatan putar atau :
............................................................ (2.1)
Dimana :
v = kecepatan potong (m/menit)
d = diameter benda kerja (mm)
n = putaran benda kerja (putaran/menit)
Gambar
2.2 Panjang permukaan benda kerja yang dilalui
pahat
setiap putaran (Widarto.2008)
Dengan demikian
kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja. Selain kecepatan potong
ditentukan oleh diameter benda kerja faktor bahan benda kerja dan bahan pahat
sangat menentukan harga kecepatan potong. Pada dasarnya pada waktu proses bubut
kecepatan potong ditentukan berdasarkan bahan benda kerja dan pahat.
Gerak makan, f (feed), adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja
berputar satu kali, sehingga satuan f adalah mm/putaran. Gerak makan ditentukan
berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja, material pahat, bentuk pahat,
dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan. Gerak makan biasanya
ditentukan dalam hubungannya dengan kedalaman potong.
Gambar 2.3 Gerak makan (f) dan kedalaman
potong (a) (Widarto.2008)
Kedalaman
potong (depth of cut), adalah tebal bagian benda kerja yang dibuang dari
benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap permukaan yang
belum terpotong. Ketika pahat memotong
sedalam a, maka diameter benda kerja akan berkurang 2a, karena bagian permukaan
benda kerja yang dipotong ada di dua sisi, akibat dari benda kerja yang berputar. Beberapa proses
pemesinan selain proses facing.
Mesin
Bubut dapat juga dilakukan proses pemesinan yang lain, yaitu bubut dalam (internal turning), proses pembuatan lubang dengan mata bor (drilling), proses memperbesar lubang (boring), pembuatan ulir (thread cutting), dan pembuatan alur (grooving/partingoff). Proses tersebut
dilakukan di Mesin Bubut dengan bantuan atau tambahan peralatan lain agar proses
pemesinan bisa dilakukan (Widarto. 2008).
Pemesinan
Magnesium
Magnesium merupakan
matrial yang mudah terbakar terutama pada saat permesinan dengan kecepatan
potong dan pemakanan yang tinggi (Ansyori. 2015). Pembentukan dengan pemesinan
(machining) sering kali diperlukan perhatian khusus karena pada akhir
pemotongan sering kali terjadi kegosongan (hangus) yang mengakibatkan sisa
pemotongan menjadi mudah terbakar, hal ini disebabkan oleh terjadinya gesekan
selama pemotongan, untuk itu ketajaman alat potong ini harus diperhatikan serta
menyediakan peralatan pemadam kebakaran yang sesuai yaitu dry-fire
extinguisher. Proses pendinginan dengan media water base colant
tidak sesuai pemakaiannya (Andriansyah. 2014).
Ada dua perhatian utama
dalam pemesinan magnesium yaitu resiko kebakaran dan pembentukan Built-up Edge
(BUE) (Doni.2015). Dalam pemesinan magnesium, kecepatan putar tinggi mesin
dapat menimbulkan atau terjadinya percikan api yang dapat membakar chip atau
tatal dari magnesium. Sumber nyala api juga dapat disebabkan pahat tumpul atau
rusak, sehingga gesekan yang terjadi pada pahat dan benda kerja sangat besar.
Untuk meminimumkan
resiko kebakaran, praktek-praktek berikut harus diperhatikan pada saat
melakukan proses pemesinan magnesium adalah:
1.4.1 Pahat
yang tajam dengan sudut relief besar
Mata pahat yang tajam
akan mengurangi nilai gesekan antar mata pahat dan benda kerja, sehingga gaya
proses pemotongan relatif kecil. Kemudian memperbesar sudut relief juga akan
menurunkan gaya pemotongan sehingga suhu pemotongan juga relatif kecil.
1.4.2 Kecepatan
makan yang besar harus digunakan
Magnesium memiliki
titik leleh cendrung lebih rendah dibandingkan logam yang lain (Budinski.1999).
Kecepatan makan yang tinggi pada proses pemesinan magnesium tidak direkomendasikan.
Sehingga kecepatan makan tinggi pada proses pemesinan dapat menimbulkan
terbakarnya chip dari magnesium.
1.4.3 Menggunakan
pendingin yang tepat pada pemesinan kecepatan makan dan kedalaman potong sangat
kecil.
Menggunakan cairan
pendingin dapat digunakan guna meminimalisir terbakarnya chip magnesium. Akan
tetapi cairan pendingin tidak dianjurkan pada proses pemesinan magnesium karena
geram magnesium bereaksi dengan air dan membentuk magnesium hidroksida dan gas hidrogen bebas, pendingin
berbasis air harus dihindarkan. Praktek
yang diterima adalah pemotongan kering bila mungkin dan menggunakan pendingin
minyak mineral bila perlu.
Pemesinan kering komponen
magnesium dalam volume besar menimbulkan masalah pemeliharaan kebersihan terutama
untuk proses gurdi dan pengetapan yang menghasilkan geram halus. Sekarang ini
pendingin berbasis air yang menghasilkan sedikit hidrogen ketika bereaksi
dengan magnesium telah digunakan dalam produksi. Dilaporkan juga pendingin ini
dapat meningkatkan umur pahat dan mengurangi resiko kebakaran dibandingkan pemesinan kering. Namun masalah pembuangan
limbah cairan pendingin tetap menjadi masalah. Bila dibuang begitu saja jelas
dapat mencemari lingkungan. Sebaliknya bila limbah diolah sebelum dibuang jelas
akan memerlukan biaya yang cukup besar (Doni. 2015).
Opi Sumardi. Universitas lampung. 2017
Semoga bermanfaat
Sekian Terimakasih