Belajar Dari Sejarah Kepemimpinan Ratu Balqis
Di Dalam Al-Qur’an
(Oleh: Deni Yuniardi)
Barangkali yang dapat dilakukan menghadapi Indonesia saat ini adalah membaca sejarah, kemudian mengambil hikmahnya. Peristiwa dan situasi hari ini berkelindan dengan kejadian masa lalu yang pernah terjadi. Dengan membaca sejarah, kita berharap dapat mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi situasi sekarang dan mentap masa akan datang.
Pepatah kuno mengatakan l’histoire se repete, sejarah selalu berulang lagi. Maka, itulah pula barangkali alasan orang-orang meggali dan menuliskan sejarah kembali, agar suatu saat dapat dibuka kembali menjadi pengalaman, guru sejati. Membuka lembar-lembar kisah yang dihadapi bangsa, mau tak mau, kita harus akui kita sedang berada dalam situasi yang terpuruk saat ini. Salah satunya, soal kepemimpinan di negeri ini, sudah tujuh kali masa berganti, derita rakyat bukan teratasi malah bertambah di sana-sini. Apalah daya rakyat jelata, selain mengharap pada penguasa, pemimpin yang sudah dipercaya.
Adalah Balqis ratu negeri Saba’ yang mampu memimpin rakyatnya keluar dari permasalahan yang mengancam negeri. Saba’ yang makmur mendapat surat dari sebuah negeri hingga terancam diekspansi. Bagaimana kisah kepemimpinan Ratu Balqis, pada siapa kita bertanya? Adakah catatan-catatan atau penemuan fosil yang menerangkan?
Alqur’an Wahyu Allah, Firman Tuhan Semesta Alam berisi hukum, Aqidah, dan sejarah. Allah SWT telah menceritakan dalam Alqur’an tentang Balqis dan Sulaiman, tentulah dengan maksud dan tujuan, salah satunya agar kita dapat mengambil pelajaran.
Berawal dari inspeksi pasukan oleh Nabi Sulaiman AS kepada pasukan kerajaan, diperiksa semua kehadiran, tapi burung Hud-hud absen dari pertemuan. Surat An-Naml ayat 20-21 dalam Alqur’an, berisi cerita inspeksi Sulaiaman, Allah berfirman:
وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَائِبِينَ (20) لأعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لأذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (21)
Dan dia memeriksa burung-burung, lalu berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” (Q.S An-Naml:20-21).
Sebuah kerajaan besar Sulaiaman, terlihat dalam ayat di atas sangat mengutamakan kedisiplinan. Hud-Hud yang tidak ada dalam pertemuan, terancam mendapat hukuman. Lalu buruh Hud-Hud datang membawa berita penting tentang negeri Saba yang dipimpin Ratu Balqis, dijelaskan dalam Alqur’an:
فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ (22) إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ (23) وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ (24) أَلا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ (25) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (26)
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum-mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian nyatakan. Allah tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arasy yang besar.” (Q.S An-Naml: 22-26)
Nabi Sulaiman AS adalah Raja terkaya dan paling besar kekuasaannya sepanjang sejarah ummat manusia.
فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ (36) وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ (37) وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الأصْفَادِ (38) هَذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (39)
kemudian ia bertobat. Ia berkata.”Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku. sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungjawaban. (Q.S As-Had 36-39).
Nabi Sulaiman As, dengan kekuasaannya seperti yang dijelaskan dalam ayat di atas, mendengar berita tentang negeri Saba yang dipimpin ratu Balqis dari burung Hud-Hud, mengecek kebenaran yang disampaikan oleh burung Hud-Hud.
قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Sulaiman berkata, "Akan kami lihat, apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (An-Naml: 27)
Setelah memastikan kebenaran berita dari Hud-Hud, Nabi Sulaiman As, mengirim surat kepada Ratu Balqish yang berisi:
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (An-Naml: 30-31)
Surat tersebut diantarkan oleh burung Hud-Hud kepada ratu Balqis. Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa Ratu Balqis sangat kagum dengan Raja yang mengirim surat tersebut, sebab diantarkan oleh seokor burung yang menghadap Ratu Balqish di istana lalu surut mundur seperti etika menghadap raja. Setelah menerima surat yang berisi peringatan dari Nabi Sulaiaman, apa yang dilakukan oleh Ratu Balqis? Di sinilah kepiawaian kepemimpinan ratu balqis diuji.
1.Mau Berdialog, Ratu Balqis Mengumpulkan Pembesar-Pembesar
Setelah menerima surat dari Nabi Sulaiman As, ratu Balqis tidak langsung mengambil keputusan sendiri. Tetapi, ia membuka dialog dan meminta pendapat dan pertimbangan dari pembesar-pembesar kerajaan, meskipun pembesar-pembesar itu ada di bawah kekuasaannya dan sudah pasti akan taat kepadanya. Namun, ratu balqis melakukan Istisyarah , meminta pendapat atau pertimbangan. Dalam Islam proses mengambil keputusan diharuskan melalui musyawarah (syura) atau meminta pertimbangan (istisyarah).
يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّى تَشْهَدُونِ
Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku). (An-Naml: 32)
Apa yang dilakukan oleh Ratu Balqish, ternyata juga dicontohkan oleh rasulullah SAW. Rasululallh SAW dalam mengambil keputusan juga tidak melupakan syura atau istisayarah, meskipun beliau dapat meminta petunjuk langsung kepada Allah SWT, misalnya dalam menerima tawaran tebusan perang Badar, Rasulullah SAW meminta pendapat sahabat-sahabatnya. Ketika menghadapi perang khandaq, Rasulullah SAW pun melakukan musyawarah kepada para sahabat, bahkan Rasulullah SAW pun bermusyawarah dalam menentukan cara memanggil kaum muslimin untuk menunaikan shalat.
Dalam menghadapi situasi yang terjadi, ratu Balqis telah menunjukkan kepemimpinannya. Surat dari Raja Sulaiman tidak ia sikapi dengan keputusan sendiri, tetapi ia membuka diri terhadap masukan-masukan bawahannya, bahkan membuat pertemuan, khusus untuk meminta pertimbangan. Langkah pertama Balqis merupakan langkah yang sangat tepat sebagai seorang pemimpin dalam mengambil kebijakan.
2.Lapang Dada, Ratu Balqis menyikapi surat dari raja Sulaiman dengan lapang dada
Negeri Saba merupakan negeri yang besar sebagaimana diceritakan di atas, namun mendapat surat berisi peringatan sekaligus ajakan dari negeri lain. Sebagai pemimpin bagi rakyatnya, Balqis menghadapi situasi dengan tenang dan lapang dada. Penerimaan balqis ini dapat dilihat dari apa yang dikatakannya kepada para pembesar kerajaan.
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلأ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ (29)
Berkata ia (Balqis) "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (An-Naml: 29).
Kelapangdaan dan kepemimpinan Balqis juga ditunukkan ketika Balqis di forum istisyarah itu mempersilahkan pendapat dari pera pembesar, maka para pembesar itu pun memberikan pertimbangannya.
قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالأمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ
Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan) dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.." (An-Naml: 33).
Namuun, seorang pemimpin harus memiliki pandangan yang jauh dan mampu membaca akibat dari kebijaknnya. Ratu Balqis memikirkan rakyatnya, sehingga ia benar-benar menghitung akibat yang akan dialami oleh rakyatnya, artinya, Balqis dalam mengambil kebijakan sebagai pemimpin bukan berdasarkan keuntungan atau kerugian, atau egosentris kedudukan apalagi keperkasaan kekuasaan, meskipun ia seoarang raja.
Dia berkata, "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan hina penduduknya yang mulia; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. (An-Naml: 34)
3.Teliti dan tidak tergesa-gesa, Ratu Balqis Mempelajari Profil Raja Sulaiman dan Kerajaannya
Meskipun para pembesar menyatakan siap berperang dengan kerajaan Sulaiman dengan segala kekuatan tangguh yang dimiliki negeri Saba, dan telah mempertimbangkan akibat yang diderita rakyat yang makmur jika berperang, namun Ratu Balqis tidak langsung memutuskan begitu saja, ia mempelajari terlebih dahulu bagaiamana Raja Sulaiaman sebenarnya.
Ratu Balqis pun mengirimkan hadiah kepada raja Sulaiman untuk mengukur kebesaran kerajaan sulaiaman. Ratu Balqis sangat memahami bahwa seorang raja yang mau menerima hadiah kekayaan adalah seorang raja yang lemah dan bermental rakyat jelata, dan tentu tidak akan mampu membawa suatu bangsa menjadi bangsa yang besar.
Dalam Surat An-Naml ayat 35 dijelaskan Ratu Balqis berkata kepada para pembesar kerajaan:
وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ
Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu. (An-Nami: 35)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, bahwa Balqis mengatakan kepada kaumnya, "Jika Sulaiman mau menerima hadiah kita, berarti dia adalah seorang raja, kalian boleh memeranginya. Dan jika dia menolaknya, berarti dia seorang nabi, maka ikutilah dia oleh kalian."
4.Mampu Memperediksi Akibat dari Kebijakan
Setelah dikirim haidah kepada raja Sulaiman, ratu Balqis menunggu jawaban. Jika nabi Sulaiman menerima hadiah, maka sudah dapat dipastikan ia adalah raja yang lemah dan dapat diserang. Namun, jika Raja sulaiman menolak hadiah, maka Raja sulaiman adalah raja yang kuat yang tidak akan mudah ditaklukan, dan berperang dengannya akan membuat rakyat yang makmur dan aman berada dalam penderitaan dan kerugian, apalgi jika mengalami kekalahan, bisa menghancurkan negeri dan generasi.
Dalam QS. An-Naml ayat 36-37 , Raja Sulaiaman menolak hadiah dari Ratt Balqis.
فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِي بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ (36) ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ (37)
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata, "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang kalian berikan; tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian. Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.” (QS. An-Naml:36-37)
Nabi Sulaiman yang merupakan Raja yang mendapat nikmat Allah SWT, menolak mentah-mentah hadiah yang diberikan utusan negeri Saba. Bahkan, Raja Sulaiman menganggap pemberian hadiah itu sebagai kesombongan. Sehingga Raja Sulaiman memberikan ancaman kepada kerajaan Saba dengan ancaman yang sangat keras.
ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ (37)
Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.” (An-Naml: 37).
Mendapat jawaban dari Raja Sulaiman, ratu Balqis mengetahui bahwa Raja Sulaiman bukanlah Raja yang lemah, apalagi telah memberikan ancaman yang sangat keras. Sebagai seorang penguasa, ancaman dan tantangan dari penguasa lain adalah hal yang sangat sulit diterima. Namun, Balqis tidak terperangkap dalam emosi, ia mampu berpikir jernih dan memprediksi akibat dari kebijikan yang akan ia ambil. Jika ia berperang, tentulah banyak kerugian yang dialami oleh rakyat negeri Saba.
5.Realistis dan mampu mengambil peluang, Ratu Balqis Tidak Berperang Dengan Sulaiman
Setelah mampu mengukur kekuatan Kerajaan Sulaiman, Ratu Balqis tidak memaksakan ambisi kekuasaan meskipun ia adalah penentu kebijakan yang titahnya akan dilaksanakan oleh seluruh rakyatnya. Ratu balqis mampu berfikir realistis terhadap kenyataan dan situasi yang dihadapi.
Maka, Ratu balqis pun mengunjungi langsung Raja Sulaiaman untuk melihat kebesaran kerajaan sulaiman dan mengambil solusi terbaik bagi rakyat negeri Saba. Ratu Balqis pun bertamu ke kerajaan Sulaiman AS.
6.Solusi, bergabungnya Balqis dan negeri Saba’, mendaptkan manfaat yang banyak dan terhindar dari kerugian
Ketika sampai di kerajaan Sulaiman, maka Raja sulaiman meminta bawahannya untuk memindahkan singgasan ratu Balqis di negeri Saba ke samping singgasana Raja Sulaiaman, dan meminta merubahnya sedikit dari bentuk sebelumnya.
Nabi Sulaiaman berkata kepada pembesar-pembesar,
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (38) قَالَ عِفْريتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ (39) قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40)
"Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?” 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin berkata, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatNya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.” (An-Naml: 38-40)
قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ (41) فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ (42) وَصَدَّهَا مَا كَانَتْ تَعْبُدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ كَافِرِينَ (43) قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُمَرَّدٌ مِنْ قَوَارِيرَ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (44)
Dia berkata, "Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya).” Dari ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya, "Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.” Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakan kepadanya, "Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman, "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.” Berkatalah Balqis, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (An-Naml: 38-40)
Melihat apa yang daialami bangsa Indonesia, dan apa yang dihadapi para pemuda hari ini, serta banyaknya tantangan kedepan, maka dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang mampu memimpin negara, lembaga, instansi, organisasi, bahkan keluarga, dengan kepemimpinan yang tepat. Membuka sejarah Ratu Balqis yang diceritakan di dalam Alqur’an, memberikan pelajaran kepada kita bagaiamana menjadi pemimpin, dan yang lebih penting, rasa-rasanya kita tak memiliki kuasa kecuali mengakui kekuasaan dan kebesaran Allah SWT, dan manambah kesyukuran kita kepada Allah SWT.
قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِ
Apakah kalian hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku? (Al-An'am: 80).